Istikharah
Cinta Manhattan
Indahnya kota
Manhattan. Kota yang dapat menghangatkan New York di tengah kebisingan. Di kota itu, gadis cantik nan anggun berdarah
Indonesia Pakistan memilih untuk melanjutkan hidup, Ira biasa ia di sapa. Gadis
yang memilih untuk berjuang melawan waktu dengan hidup di tengah kerasnya kota.
Suasana saat itu terasa
sejuk, angin berhembus mengayunkan hijabnya secara perlahan. Taman luas dan
artistik disekitar semakin menambah kesejukan. Sore hari, tepat pukul 5, Ira
memilih untuk bersantai di kedai makanan sepulang kegiatan kuliah usai. Hari
itu sangat memusingkannya. Maklum, sebagai mahasiswa tingkat akhir, ia harus
dapat menyelesaikan tugasnya dengan cepat sebelum deadline waktu kelulusan
tiba.
“Alhamdulillah, satu
persatu beban terasa berkurang. Udah gak sabar melepas status mahasiswa.”,
Ucapnya dalam hati.
Sesaat, setelah makanan
yang ia pesan datang. Tiba-tiba terlihat seorang pria yang sedang asyik meminum
kopi, sambil membaca kitab di tangannya. Subhanallah, Rein, pria yang ia kagumi
sejak awal masuk kuliah. Pria yang selalu membuat jantungnya berdetak dan terus
belajar menjadi muslim yang baik karena keindahan ciptaan-Nya.
Disaat ia terhanyut
dalam lamunan, tiba-tiba pemilik kedai langganannya, abu ahmad yang kebetulan
berasal dari Negara yang sama, menghampirinya.
“Assalamu’alaykum, ra”,
sapa abu ahmad yang secara sengaja mengagetkannya.
“Eh... Wa’alaykumussalam,
abu ahmad.”, jawabnya dengan tersipu karena dipergoki sedang memandang rein.
“Kamu masih
mengaguminya?”
“Na’am abu, aku hanya
mengagumi, tidak terlalu muluk bermimpi.”
“Gak ada salahnya hidup
punya mimpi. Memang jodoh, takdir, maut hanya Allah yang menentukan. Namun, di
samping itu manusia juga harus berikhtiar.”, tegas abu ahmad untuk
meyakinkannya.
“hehe iya abu, afwan.
Aku jadi gak enak hati.”
“Yaudah, dicoba
berikhtiar dengan istikharah. Jodoh tidak akan pergi, kalau Allah menghendaki.
Abu permisi dulu, pelanggan makin banyak yang datang.” Ungkapnya sebelum pergi
meninggalkan Ira.
“iya terimakasih, abu
ahmad.”
Ira pun langsung
bergegas pergi dari kedai untuk melanjutkan tugas yang hampir selesai.
Sejak perkataan abu
ahmad kemarin, Ira jadi terus kepikiran kata-kata itu. Keesokan harinya Ira
mencoba untuk melakukan istikharah. Hari demi hari, minggu demi minggu, Ira terus
istiqamah melakukannya.
Sampai waktu itu pun
tiba.
Waktu kelulusan yang ia
tunggu, akhirnya datang. Ira lulus dengan predikat summacumlaude. Orangtua Ira
sangat bangga padanya. Tak terkecuali, Rein, pria yang sangat ia kagumi itu.
Seminggu setelah euphoria
itu usai, Rein berkunjung ke rumah Ira. Disaat itu, Ira sangat terkejut karena
sebelumnya ia belum pernah kenal, bahkan bertatapan muka saja tidak pernah. Ia
hanya dapat mengaguminya dari jauh. Namun, malam itu nyata. Rein datang bersama
ibunya. Ia datang bermaksud untuk meminang Ira. Subhanallah.
Seminggu setelah
lamaran itu, Ira dan Rein pun menikah.
Malam harinya, Rein
jujur pada Ira tentang perasaannya.
“Alhamdulillah,
sebelumnya aku ingin jujur sama kamu, Ra. Aku pun sudah jatuh hati padamu sejak
awal kuliah. Hanya satu bulan terakhir ini, aku beristikharah memantapkan hati
untuk berani meminangmu. Dan pertama kali, aku dapat mengatakan kata-kata ini
yang lama tertahan, I Love You ”, Ucap Rein sambil menatap mata Ira dengan
teduh.
“Alhamdulillah Rein,
Aku juga merasakan hal yang sama. lalu bagaimana kamu tahu soal aku?”
“Soal itu, aku selama
ini terus memperhatikanmu dan bertanya soal kamu ke abu ahmad.”
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar