Rabu, 26 Agustus 2015

Cerpen iseng

Istikharah Cinta Manhattan

Indahnya kota Manhattan. Kota yang dapat menghangatkan New York di tengah kebisingan.  Di kota itu, gadis cantik nan anggun berdarah Indonesia Pakistan memilih untuk melanjutkan hidup, Ira biasa ia di sapa. Gadis yang memilih untuk berjuang melawan waktu dengan hidup di tengah kerasnya kota.

Suasana saat itu terasa sejuk, angin berhembus mengayunkan hijabnya secara perlahan. Taman luas dan artistik disekitar semakin menambah kesejukan. Sore hari, tepat pukul 5, Ira memilih untuk bersantai di kedai makanan sepulang kegiatan kuliah usai. Hari itu sangat memusingkannya. Maklum, sebagai mahasiswa tingkat akhir, ia harus dapat menyelesaikan tugasnya dengan cepat sebelum deadline waktu kelulusan tiba.
“Alhamdulillah, satu persatu beban terasa berkurang. Udah gak sabar melepas status mahasiswa.”, Ucapnya dalam hati.

Sesaat, setelah makanan yang ia pesan datang. Tiba-tiba terlihat seorang pria yang sedang asyik meminum kopi, sambil membaca kitab di tangannya. Subhanallah, Rein, pria yang ia kagumi sejak awal masuk kuliah. Pria yang selalu membuat jantungnya berdetak dan terus belajar menjadi muslim yang baik karena keindahan ciptaan-Nya.

Disaat ia terhanyut dalam lamunan, tiba-tiba pemilik kedai langganannya, abu ahmad yang kebetulan berasal dari Negara yang sama, menghampirinya.

“Assalamu’alaykum, ra”, sapa abu ahmad yang secara sengaja mengagetkannya.
“Eh... Wa’alaykumussalam, abu ahmad.”, jawabnya dengan tersipu karena dipergoki sedang memandang rein.
“Kamu masih mengaguminya?”
“Na’am abu, aku hanya mengagumi, tidak terlalu muluk bermimpi.”
“Gak ada salahnya hidup punya mimpi. Memang jodoh, takdir, maut hanya Allah yang menentukan. Namun, di samping itu manusia juga harus berikhtiar.”, tegas abu ahmad untuk meyakinkannya.
“hehe iya abu, afwan. Aku jadi gak enak hati.”
“Yaudah, dicoba berikhtiar dengan istikharah. Jodoh tidak akan pergi, kalau Allah menghendaki. Abu permisi dulu, pelanggan makin banyak yang datang.” Ungkapnya sebelum pergi meninggalkan Ira.
“iya terimakasih, abu ahmad.”

Ira pun langsung bergegas pergi dari kedai untuk melanjutkan tugas yang hampir selesai.
Sejak perkataan abu ahmad kemarin, Ira jadi terus kepikiran kata-kata itu. Keesokan harinya Ira mencoba untuk melakukan istikharah. Hari demi hari, minggu demi minggu, Ira terus istiqamah melakukannya.

Sampai waktu itu pun tiba.

Waktu kelulusan yang ia tunggu, akhirnya datang. Ira lulus dengan predikat summacumlaude. Orangtua Ira sangat bangga padanya. Tak terkecuali, Rein, pria yang sangat ia kagumi itu.
Seminggu setelah euphoria itu usai, Rein berkunjung ke rumah Ira. Disaat itu, Ira sangat terkejut karena sebelumnya ia belum pernah kenal, bahkan bertatapan muka saja tidak pernah. Ia hanya dapat mengaguminya dari jauh. Namun, malam itu nyata. Rein datang bersama ibunya. Ia datang bermaksud untuk meminang Ira. Subhanallah.

Seminggu setelah lamaran itu, Ira dan Rein pun menikah.
Malam harinya, Rein jujur pada Ira tentang perasaannya.
“Alhamdulillah, sebelumnya aku ingin jujur sama kamu, Ra. Aku pun sudah jatuh hati padamu sejak awal kuliah. Hanya satu bulan terakhir ini, aku beristikharah memantapkan hati untuk berani meminangmu. Dan pertama kali, aku dapat mengatakan kata-kata ini yang lama tertahan, I Love You ”, Ucap Rein sambil menatap mata Ira dengan teduh.
“Alhamdulillah Rein, Aku juga merasakan hal yang sama. lalu bagaimana kamu tahu soal aku?”
“Soal itu, aku selama ini terus memperhatikanmu dan bertanya soal kamu ke abu ahmad.”


SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar