“Penyatuan Asa”
Rintik
hujan bergemuruh dalam kesunyian, kilat berdentum memecahkan telinga, bulan dan
bintang menghilang dari pekatnya malam.
Seorang gadis berusia 18 tahun, Ayi biasa ia disapa, seorang
anak SMA di salah satu sekolah ternama di Ibukota.
“Kenapa hidupku selalu dirundung
masalah?” tanyanya dalam hati sambil menarik napas panjang.
Di malam itu, Ayi melamuni nasibnya sambil berbaring di kamar
mewahnya.
Saat ia asyik melamun, Ibunya, Diah memanggilnya.
“Yi, ada dini di bawah, turun
sebentar!” , Teriak Ibu.
“Iya mah, tunggu. Aku ke bawah
sekarang.” , Ujarnya. Sambil menggerutu, Ayi menuruni tangga dengan hentakan
kaki yang keras.
“Pelan-pelan!, nanti kamu jatuh.”,
Ucap Ibu.
“Hai Din, ada apa hujan gini ke
rumah?” Tanyanya ketus sambil tangannya menarik majalah.
“Gini Yi, tadi gue dikabarin revan,
Vino makin kritis, dia masih terus manggil-manggil lo. Gue mohon, lunakkin hati
lo yang keras itu, kurangin egonya!”, Ungkap dini sambil memohon dengan iba.
“Masih juga soal Vino? Terus kalau
gue ke sana, gue harus lakuin apa? Nangis-nangis di depannya?”, Ayi
mengucapkannya dengan nada semakin tinggi.
“Gue mohon Yi, kali ini aja, lakuin
itu buat gue, sahabat lo.”, ucapnya sambil menangis.
“Oke, kali ini. Gue lakuin hal ini,
satu kali aja dan cuma buat lo.”, Ucap ayi sambil mengusap air mata dini.
“Harusnya lo gak harus nangis kaya
gini, Din, gue makin sedih rasanya.”, Ungkapnya lagi.
Ayi pun langsung beranjak ke kamar untuk mengganti pakaian.
Dalam hatinya, dia masih enggan menemui vino setelah kejadian yang dialami 3
bulan lalu. Hatinya masih terasa sesak. Meski,ia akui masih belum bisa melepas
kenangan bersama vino sampai saat ini.
Tiba-tiba Ibu Ayi datang menghampirinya.
“Ada apa Yi, apa ada masalah lagi?
Mau kemana kamu malam-malam gini? Diluar hujannya makin deras.”, Ucap ibu
sambil mengusap kepalanya.
“Aku harus ke rumah sakit sekarang,
bu. Vino makin kritis, gak apa-apa kan bu, aku pergi?”, Tanyanya sambil
memohon.
“Yaudah, silakan selesaikan
masalahmu. Titip salam ke Vino dari ibu. Hati-hati bawa mobilnya ya, Sayang.
Tetap semangat!, ibu yakin kamu bisa hadapin ini semua.”, Kata ibu sambil
memeluknya dengan penuh kasih sayang.
“Iya Bu, aku kan anak ibu yang
paling kuat. Aku yakin bisa. Makasih banyak bu, aku sayang ibu.”, Ungkap ayi sambil
mencium ibu.
“Aku pergi, Bu, aku buru-buru.
Hati-hati di rumah, Bu. Ibu tidur aja, aku bawa kunci cadangan.”, Teriaknya
sambil berlari menuruni tangga.
Ayi dan Dini pun langsung pergi menuju rumah sakit.
Setibanya di sana. Sambil berjalan menuju ruangan, terjadi
percakapan kecil diantara mereka.
“Din, Vino siapa yang jagain? Apa
masih ada revan disana?"
“Iya Yi, ada Revan yang masih jaga
Vino. Orangtuanya masih sibuk sama urusan di kantor, tadi ibunya minta tolong
Revan untuk jaga Vino malam ini.”
“Apa? Dasar Gila. Anaknya kritis masih juga urus
kerjaan.”, Ungkap Ayi dengan marah.
Dini terdiam.
Setibanya di pintu ruangan, Ayi pun terkejut melihat kondisi
Vino.
“Vin, gimana keadaan kamu? Kenapa
bisa seperti ini?”, Tanyanya sambil menangis.
“Ayi? Aku senang, kamu akhirnya
bisa jenguk aku. Aku gak apa-apa. Kenapa kamu menangis?”, Jawabnya setelah
mencoba pelan-pelan untuk membuka mata.
“Aku minta maaf. Aku egois.”, Ucap
ayi sambil memegang tangan vino dengan erat.
“Bisa lihat kamu aja, aku seneng Yi.
Gak usah nangis gitu, aku mau denger kamu cerita seperti dulu, sampai aku
tertidur. Boleh?”, Tanya vino sambil memohon.
“Iya, dengan senang hati.”
“Tapi aku mau dengernya dengan nada
kamu yang ceria kaya biasanya, bukan sambil nangis.”, ejek vino sambil mencubit
ayi, berusaha agar ayi tidak sedih melihat kondisinya.
“Hehehe iyaa, aku gak nangis lagi.”,
jawab ayi sambil menarik hidung vino dengan lembut.
Ayi pun bercerita dengan riang. Vino mendengar cerita ayi
sambil tertawa. Tak lama vino tertidur lelap. Ayi sedih dan terus menangis
melihat kondisi vino seperti ini. Ayi pun memaki dirinya sendiri yang begitu
keras, hingga 1 bulan Vino dirawat baru kali ini ia datang untuk menjenguknya.
Di depan ruangan, dini dan Revan pun ikut bahagia melihat Ayi
dan Vino bisa kembali tertawa bersama seperti dulu.
“Kamu hebat bisa juga meluluhkan
hati Ayi, Din.”, Ungkap Revan.
“Enggak juga, aku bisa lakuin ini
karena aku yakin Ayi sebenarnya masih ada rasa sama Vino. Ayi terlalu
dikalahkan sama ego. Dia itu gadis yang sangat baik.”, Jawab Dini sambil
tersenyum.
“Melihat mereka tertawa bersama
lagi, itu menyenangkan. Oya, Waktu sudah larut, kamu pulang sana. Kamu juga
harus jaga kesehatan, Din. Aku gak mau kamu sakit.”, Ucap revan dengan nada
khawatir.
“Iya Van. Aku jemput Ayi dulu di
dalam. Kamu tetep semangat ya!”, Ungkap Dini.
Dini pun langsung memasuki ruangan.
“Titip Vino ya, Van. Kalau terjadi
apa-apa sama dia, kabarin gue secepatnya!”, Ujar Ayi.
“Siap nona. Hati-hati di jalan ya
kalian, maaf aku gak bisa antar.”, Ungkap Vino.
Setibanya di rumah Ayi langsung
sedih. Dia masih teringat kejadian 3 bulan lalu, tetapi melihat kondisi Vino
saat ini membuat hatinya jauh lebih sakit. Keadaan yang dilematis.
ESOK PAGI
Alarm di jam Ayi terus berbunyi. Alarm tersebut sudah bunyi
lebih dari 3x. Namun, Ayi belum juga bangun dari tidurnya. Hingga sang Ibu
masuk dan membangunkannya.
“Ayi,, ayo bangun. Sudah jam 6,
Kamu tidak sekolah?”, Ucap Ibu sambil mengusap kepalanya.
“Ibu…. Aku masih ngantuk, 5 menit
lagi. Aku bangun.”, Jawab Ayi dengan nada manja.
“Anak ini… Yasudah, Ibu tunggu di
bawah. Sarapannya udah siap.”, Ungkap Ibu sambil menutup pintu.
Ayi pun berpamitan pergi ke sekolah. Hari ini di sekolah ada
ujian Biologi. Ayi pergi dengan semangat meski hatinya masih sedih mengingat
kondisi Vino yang sangat mengkhawatirkan.
Waktu Istirahat pun tiba. Ayi pun pergi ke kantin seperti biasa.
“Hai Yi, Suntuk banget muka lo.”,
Sapa Angga sahabat dekatnya sedari ia masuk sekolah SMA.
“Hai Ga, gue sedih nih. Makan di
luar yuk, bosen gue di sekolah.”, Ajak Ayi sambil berdiri.
“Ayo, kebetulan di rumah lagi gak
ada orang.”, Jawab Angga dengan senang.
Mereka pun, Ayi dan Angga, pergi ke Mall ternama di dekat
sekolah mereka.
Di perjalanan ,Ayi membawa mobil dengan terus melamun sambil
memikirkan Vino. Sedangkan, Angga asyik mendengarkan music Pop Rock
kesukaannya.
Mereka memilih salah satu restaurant di Mall tersebut untuk
makan siang. Saat menunggu pesanan, Angga masih bingung melihat kondisi Ayi
yang masih terus melamun sedari tadi.
“Ayiii….. Hello, Lo kenapa sih?
Muka di tekuk mulu. Belum bayar hutang?”, Tanya Angga sambil menggoyangkan
tangannya di mata Ayi yang sedang melamun.
“Gue bingung ga. Gue sedih. Gue gak
tau harus lakuin apa, menurut lo gue harus gimana?”, Ungkap Ayi dengan wajah
memelas.
“Kebiasaan. Gimana gue mau kasih
solusi, cerita aja engga. Cerita dulu lah, Cantik.”
“Vino, Ga."
“Vino? Dia lagi? Masih juga mikirin
cowok kaya gitu, Yi. Move On lah.”, Tegas Angga.
“Bukan gitu, Ga. Gue baru tau kalau
sekarang Vino kondisinya mengkhawatirkan banget. Gue sedih lihatnya. Meski dia
udah jahat sama gue, tapi gue gak bisa bohong. Gue masih belum bisa lupain dia.”,
Ucap Ayi dengan raut wajah yang semakin sedih.
“Dia mengkhawatirkan? Kenapa? Dia
kan udah ngilang, gak pernah keliatan di sekolah 1 bulan ini. Enak di kampus gak
ada dia. Aman dan tentram, jadi sejahtera semua anak-anak.”, Tanya Angga dengan
raut muka bingung memikirkan apa yang terjadi.
“Jadi gini, 1 bulan yang lalu, Dini
kasih kabar ke gue. Vino masuk rumah sakit. Dia kritis, tapi gue baru jenguknya
semalem. Dini semalem nangis-nangis, mohon gue ke rumah sakit karena kondisi
Vino saat itu makin kirits. Dia terus panggil nama gue. Setibanya gue disana,
gue sedih. Gue maki diri gue. Betapa keras kepalanya gue.”, Ungkap Ayi sambil
menangis.
“Serius? Gue sedih dengernya. Yang sabar ya, Yi. Semoga semua
ini cepet selesai.”, Ujar Angga sambil menepuk bahu Ayi.
Tak lama mereka bercakap, makanan pun datang dan siap untuk
di santap. Ayi memesan 1 lagi kesukaan Vino(red : Mi ramen) untuk dibawa ke
rumah sakit sepulang nanti.
Di tengah perjalanan. Angga tidak bisa ikut dengan Ayi ke
rumah sakit. Dikarenakan, ada keperluan mendadak di rumah.
“Ga, gue mau ke rumah sakit dulu
jenguk Vino. Lo mau ikut?”
“Gue turun sini aja deh, Yi.
Kebetulan udah di WA nyokap tadi, suru bakil. Lain waku aja gue jenguk Vinonya.
Titip salam aja”, Jawab Angga .
“Seriusan, Ga? Yaudah hati-hati ya.
Sorry gue gak bisa anter ke rumah.”, Ungkap Ayi sambil melaju meninggalkan
Angga.
Setibanya di rumah sakit. Ayi berusaha untuk tetap tenang dan
tetap ceria di depan Vino.
“Hai Vin, Siang. Gimana hari ini? udah
baikan?”, Sapa Ayi dengan ceria.
“Siang Yi, Aku jadi makin baikan
kalau kamu terus ke sini. kamu baru pulang? Gimana di sekolah tadi?”, Tanya
Vino.
“Syukur deh. Biar kamu bisa ke
sekolah lagi. Di sekolah sepi gak ada kamu, Vin.”Ungkap Ayi dengan nada manja.
“Cie.. kangen aku nih? Jadi seneng
di kangenin.”, Vino tersenyum ceria.
“Ye… kegeeran!. Oya, Vin, aku
bawain makanan kesukaan kamu nih. Di makan ya.”Jawab Ani sambil memberi mie
ramen yang di belinya saat makan siang tadi.
“Sini… pasti enak banget, makin
enak kalau yang bawain kamu. Hehehe aku mau minta disuapin. Bersedia nona
cantik?”Vino meminta dengan manja.
“Dasar manja. Sini aku suapin.
Makan yang banyak ya, biar kamu cepet sembuh. Aku kangen jalan bareng sama kamu
lagi.”Ayi sudah tidak sanggup lagi menahan air matanya melihat kondisi Vino.
“Aku gak jadi makan deh, abis yang
nyuapinnya sambil nangis.”Ungkap Vino sambil memalingkan wajah karena sedih
melihat Ayi yang sangat mengkhawatirkan kondisinya.
“Iya. Aku senyum. Sini dong, jangan
ngambek gitu!”Ayi menjawab dengan nada kesal sambil memanyunkan bibirnya.
“Gitu dong, Senyum. Kalau yang
nyuapinnya cantik, makanannya jadi lebih menarik buat di santap.”Vino
meyakinkan Ayi sambil mengusap air matanya.
Setelah makanan habis. Ayi pun pamit pulang.
“Vin, aku pulang dulu ya. Besok aku
sempetin jenguk kamu lagi. Aku udah telpon Revan buat temenin kamu. Kamu tetep
semangat ya! Kamu harus kuat lawan ini semua. Aku selalu ada buat kamu, apapun
yang terjadi.”Ayi memberikan semangat pada Vino sambil menggenggam tangannya
dengan erat.
“Iya. Aku terus semangat,
FIGHTING!. Aku minta maaf atas kesalahan aku . Aku masih sayang kamu,
Yi.”Ungkap Vino dengan tulus.
Ayi tidak menjawab ungkapan Vino. Ia langsung pergi dari
ruangan itu. Di dalam hatinya, Ayi masih tidak bisa menerima kenyataan semua
ini.
Setiap hari Ayi selalu datang untuk
menghibur Vino di rumah sakit. Ayi selalu memberi kejutan-kejutan kecil untuk
Vino, agar ia tetap bahagia. Ayi terus sabar dan setia menunggu Vino pulih dari
sakit yang dideritanya.
6 BULAN KEMUDIAN
Perlahan-lahan, Vino akhirnya pulih dari sakit itu. Di hari
itu, tepat pada tanggal 18 Februari, dimana 1 tahun lalu, Vino, orang yang
dipercayai olehnya mengkhianatinya. Namun, Ayi tetap mencoba untuk tidak
mengingatnya dan tetap tersenyum menyambut hari yang membahagiakan untuk Vino
dan keluarganya.
“Yi, terimakasih banyak ya. Kamu
udah nemenin Vino di rumah sakit selama 6 bulan ini. Tante dan Om tidak tau
harus membalasnya dengan apa atas kebaikanmu ini. Kalau kami mengajak kamu dan
keluarga makan malam bersama besok di rumah kami gimana? Kamu bersedia?”, Tanya
orangtua Vino, Ina dan Dika, sambil tersenyum bahagia.
“Ah… Tante dan om aja yang
berlebihan. Aku gak seperti yang kalian kira. Hehe” Jawab Ayi sambil senyum
tersipu malu.
“Ayi mau banget tante… Nanti Ayi
bilang sama Ibu di rumah. Besok malam pasti kami datang.”, Ungkap Ayi dengan
kegirangan.
“Yaudah, aku anterin kamu pulang
yah, Yi.”, Vino menawarkan diri untuk mengantarnya.
“Aku bisa pulang sendiri, Vin. Kamu
masih perlu istirahat biar bisa benar-benar pulih.”Ayi menolak karena masih
mengkhawatirkannya.
“Hupt.. yaudah, tapi yang satu ini
kamu gak boleh nolak ya. Aku besok
jemput kamu sama Ibu di rumah jam set 7. Kamu harus udah siap. Dan, jangan lupa
tampil yang cantik!”Ujar Vino sambil mengancam Ayi.
“Hmm… emang dasar kamu… yaudah aku
pulang ya. Selamat beristirahat”, Ucap Ayi sambil meninggalkan Vino dengan
kesal.
Vino dan orangtuanya pun tertawa kecil melihat tingkah Ayi.
“Hati-hati yah, Yi. Sampai ketemu
besok.” Teriak Vino.
Setibanya di rumah Ayi langsung memasang wajah yang ceria
sambil lompat-lompat kegirangan. Ayi pun langsung ke kamar Ibunya untuk
membicarakan makan malam besok.
“Ibu….”, Teriak Ayi. Ibu lagi apa? Aku ganggu gak? Aku bawa kabar
gembira, besok kita harus tampil cantik pokoknya bu.” Ungkap Ayi sambil memeluk
dan menggoyang-goyangkan Ibunya seperti anak-anak.
“Hei… kamu ini, Ada apa? Sampai
anak Ibu yang cantik ini, senang begitu.” Jawab Ibu dengan lembut.
“Besok kita di ajak makan malam
sama keluarganya Vino. Besok Vino jemput kita jam set 7. Pokoknya aku harus
tampil yang cantik. Yaudah sekarang aku mau pilih baju yang paling bagus buat
besok. Dadah Ibu”. Ayi mencium Ibunya sebelum meninggalkan kamar.
“Anak ini, selalu saja tingkahnya
mengagetkan.” Ucap Ibu sambil tersenyum dengan heran.
Ayi pun langsung pergi meninggalkan kamar Ibunya untuk
mempersiapkan acara besok. Di dalam kamar Ayi sangat kegirangan. Ia tidak
menyangka kenyataan ini bisa cepat berubah.
KEESOKAN PAGINYA
“Selamat pagi, Ibu… Aku udah siap
ke sekolah.”, Ujar Ayi sambil mengagetkan Ibu yang sedang menyiapkan sarapan.
“Pagi, Sayang. Loh, tumben… Yang
lagi seneng, bisa bangun tanpa di bangunin dulu. Kalau kamu seneng gini terus kan, jadi
berkurang ngerepotin Ibunya.”Ungkap Ibu sambil tertawa.
“Uhh… Ibu ini, masih aja mengganggu
mood anaknya. Aku seneng hari ini. Hari pertama Vino masuk sekolah lagi setelah
7 bulan di rawat di rumah sakit. Pasti di sekolah jadi rame lagi.”Ayi terus
berbicara tanpa henti.
“Iya… iya, yaudah sana udah di
tunggu sama pak Iman(Red : Supir) di depan. Nanti, ketinggalan momen bagusnya
loh.”, Ujar Ibu sambil mengejek Ayi.
“Oke, Siap bu. Aku pergi dulu.”Kata
Ayi sambil mencium kening Ibu.
“Iya, hati-hati ya. Pulangnya
jangan telat, biar kita bisa siap-siap.”Teriak Ibu.
“Siap Ibu cantik.”Jawab Ayi sambil
mengangkat tangan untuk hormat.
Selama di perjalanan Ayi senyum-senyum sendiri sekaligus
deg-degan membayangkan apa yang akan terjadi di sekolah nanti.
Setibanya di sekolah. Baru saja Ia turun dari mobil. Vino
memanggilnya.
“Ayi…”, Teriak Vino
“Hai, Pagi Vin.” Jawab Ayi sambil
tersenyum manis.
“Kita ke kelas bareng yuk.” Ajak
Vino sambil menggandeng tangannya dengan erat.
Mereka pun ke kelas bersama sambil tertawa bahagia. Namun,
tidak dengan anak-anak yang lain. Mereka takut akan kehadiran Vino lagi di
sekolah. Setiap anak-anak yang mereka lewati, pergi menghindar menjauhi Vino.
“Vin, mereka masih takut sama
kamu.”, Kata Ayi sambil memandang Vino dengan Iba.
“Yaudah, gak usah peduliin mereka,
Yi, yang penting aku udah gak kaya dulu lagi sekarang. Nanti juga mereka tahu
sendiri. Kamu tenang ya.” Tegas Vino sambil menenangkan Ayi.
“Yaudah, kamu janji ya. Gak akan
lakuin hal yang dulu lagi.”Ancam Ayi.
“Iya, percaya sama aku.”Vino
menatap Ayi, mencoba untuk meyakinkannya.
Waktu istirahat tiba. Ayi sedang
bercakap-cakap asyik dengan Angga. Tiba-tiba Vino mendekatinya.
“Hai, Yi."
“Halo, Vin. Kamu pesen makan apa?”
“Aku udah makan kok. Aku mau temuin
kamu aja. Kita ke perpus yuk.”, Ajak Vino tanpa memperdulikan Angga di
sampingnya.
“Wih, seorang Vino ngajak ke
perpus? Waktu sakit dapet hidayah Vin?”Ejek Angga pada Vino.
“Angga… kok lo gitu sih? Bagus dong
kalau dia udah berubah, malah di ejek.”Jawab Ayi kesal terhadap sahabatnya itu.
Vino hanya tersenyum.
“Ayo, kita ke perpus sekarang, Vin.”Ayi
langsung berdiri, menarik tangan Vino.
“Tunggu… gue mau ikut.”, Teriak
Angga.
“Gak boleh, ganggu aja.”
Mereka pun langsung pergi meninggalkan Angga.
SORE HARI
Ayi dan Ibunya sibuk mempersiapkan diri untuk datang ke acara
makan malam nanti. Mereka tidak mau kalah untuk tampil cantik.
“Yi, Ibu udah cantik belum? Ibu
lebih cantik kan dari kamu?”, Tanya Ibu dengan nada mengejek.
“Ih ibu… genit.”, Jawab Ayi sambil
menjulurkan lidahnya.
Mereka pun tertawa.
Pukul 06.00
Mereka tak sabar menunggu Vino datang. Ayi sedari tadi sibuk
melihat penampilannya, takut tidak terlihat sempurna di depan Vino nanti.
“Yi, kamu belum selesai dari tadi?
Capek Ibu lihatnya, kamu berdiri terus di kaca. Udah cantik kok. Sempurna,
Sayang!”, Ucap Ibu yang melihat Ayi dari tadi tidak beranjak dari kaca.
“Iya bu. Sebentar lagi.”
Tak lama Vino pun datang menjemput mereka.
“Selamat malam”, Ucap Vino sambil mengetuk
pintu.
“Iya, tunggu sebentar.”, Jawab Ayi
dengan sedikit teriak.
“Malam, Vin.”,Ujar Ayi sambil
membuka pintu.
“Hai, kamu cantik, Yi. Kalian udah
siap? Ayo kita berangkat.”
“Sudah dong. Ayo siap berangkat.”
Setibanya mereka di rumah Vino. Orangtuanya sangat gembira
menyambut Ayi dan Ibunya. Mereka berbincang-bincang sebentar sebelum menyantap
makan malam yang telah dihidangkan. Kedua keluarga itu terlihat sangat bahagia.
Bersambung ....
Bersambung ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar