Rabu, 17 Juni 2015

CERPEN belajar

“Penyatuan Asa”

Rintik hujan bergemuruh dalam kesunyian, kilat berdentum memecahkan telinga, bulan dan bintang menghilang dari pekatnya malam.

Seorang gadis berusia 18 tahun, Ayi biasa ia disapa, seorang anak SMA di salah satu sekolah ternama di Ibukota.

“Kenapa hidupku selalu dirundung masalah?” tanyanya dalam hati sambil menarik napas panjang.
Di malam itu, Ayi melamuni nasibnya sambil berbaring di kamar mewahnya.
Saat ia asyik melamun, Ibunya, Diah memanggilnya.
“Yi, ada dini di bawah, turun sebentar!” , Teriak Ibu.
“Iya mah, tunggu. Aku ke bawah sekarang.” , Ujarnya. Sambil menggerutu, Ayi menuruni tangga dengan hentakan kaki yang keras.
“Pelan-pelan!, nanti kamu jatuh.”, Ucap Ibu.
“Hai Din, ada apa hujan gini ke rumah?” Tanyanya ketus sambil tangannya menarik majalah.
“Gini Yi, tadi gue dikabarin revan, Vino makin kritis, dia masih terus manggil-manggil lo. Gue mohon, lunakkin hati lo yang keras itu, kurangin egonya!”, Ungkap dini sambil memohon dengan iba.
“Masih juga soal Vino? Terus kalau gue ke sana, gue harus lakuin apa? Nangis-nangis di depannya?”, Ayi mengucapkannya dengan nada semakin tinggi.
“Gue mohon Yi, kali ini aja, lakuin itu buat gue, sahabat lo.”, ucapnya sambil menangis.
“Oke, kali ini. Gue lakuin hal ini, satu kali aja dan cuma buat lo.”, Ucap ayi sambil mengusap air mata dini.
“Harusnya lo gak harus nangis kaya gini, Din, gue makin sedih rasanya.”, Ungkapnya lagi.
Ayi pun langsung beranjak ke kamar untuk mengganti pakaian. Dalam hatinya, dia masih enggan menemui vino setelah kejadian yang dialami 3 bulan lalu. Hatinya masih terasa sesak. Meski,ia akui masih belum bisa melepas kenangan bersama vino sampai saat ini.

Tiba-tiba Ibu Ayi datang menghampirinya.
“Ada apa Yi, apa ada masalah lagi? Mau kemana kamu malam-malam gini? Diluar hujannya makin deras.”, Ucap ibu sambil mengusap kepalanya.
“Aku harus ke rumah sakit sekarang, bu. Vino makin kritis, gak apa-apa kan bu, aku pergi?”, Tanyanya sambil memohon.
“Yaudah, silakan selesaikan masalahmu. Titip salam ke Vino dari ibu. Hati-hati bawa mobilnya ya, Sayang. Tetap semangat!, ibu yakin kamu bisa hadapin ini semua.”, Kata ibu sambil memeluknya dengan penuh kasih sayang.
“Iya Bu, aku kan anak ibu yang paling kuat. Aku yakin bisa. Makasih banyak bu, aku sayang ibu.”, Ungkap ayi sambil mencium ibu.
“Aku pergi, Bu, aku buru-buru. Hati-hati di rumah, Bu. Ibu tidur aja, aku bawa kunci cadangan.”, Teriaknya sambil berlari menuruni tangga.
Ayi dan Dini pun langsung pergi menuju rumah sakit.

Setibanya di sana. Sambil berjalan menuju ruangan, terjadi percakapan kecil diantara mereka.
“Din, Vino siapa yang jagain? Apa masih ada revan disana?"
“Iya Yi, ada Revan yang masih jaga Vino. Orangtuanya masih sibuk sama urusan di kantor, tadi ibunya minta tolong Revan untuk jaga Vino malam ini.”
“Apa? Dasar Gila. Anaknya kritis masih juga urus kerjaan.”, Ungkap Ayi dengan marah.
Dini terdiam.

Setibanya di pintu ruangan, Ayi pun terkejut melihat kondisi Vino.
“Vin, gimana keadaan kamu? Kenapa bisa seperti ini?”, Tanyanya sambil menangis.
“Ayi? Aku senang, kamu akhirnya bisa jenguk aku. Aku gak apa-apa. Kenapa kamu menangis?”, Jawabnya setelah mencoba pelan-pelan untuk membuka mata.
“Aku minta maaf. Aku egois.”, Ucap ayi sambil memegang tangan vino dengan erat.
“Bisa lihat kamu aja, aku seneng Yi. Gak usah nangis gitu, aku mau denger kamu cerita seperti dulu, sampai aku tertidur. Boleh?”, Tanya vino sambil memohon.
“Iya, dengan senang hati.”
“Tapi aku mau dengernya dengan nada kamu yang ceria kaya biasanya, bukan sambil nangis.”, ejek vino sambil mencubit ayi, berusaha agar ayi tidak sedih melihat kondisinya.
“Hehehe iyaa, aku gak nangis lagi.”, jawab ayi sambil menarik hidung vino dengan lembut.

Ayi pun bercerita dengan riang. Vino mendengar cerita ayi sambil tertawa. Tak lama vino tertidur lelap. Ayi sedih dan terus menangis melihat kondisi vino seperti ini. Ayi pun memaki dirinya sendiri yang begitu keras, hingga 1 bulan Vino dirawat baru kali ini ia datang untuk menjenguknya.
Di depan ruangan, dini dan Revan pun ikut bahagia melihat Ayi dan Vino bisa kembali tertawa bersama seperti dulu.
“Kamu hebat bisa juga meluluhkan hati Ayi, Din.”, Ungkap Revan.
“Enggak juga, aku bisa lakuin ini karena aku yakin Ayi sebenarnya masih ada rasa sama Vino. Ayi terlalu dikalahkan sama ego. Dia itu gadis yang sangat baik.”, Jawab Dini sambil tersenyum.
“Melihat mereka tertawa bersama lagi, itu menyenangkan. Oya, Waktu sudah larut, kamu pulang sana. Kamu juga harus jaga kesehatan, Din. Aku gak mau kamu sakit.”, Ucap revan dengan nada khawatir.
“Iya Van. Aku jemput Ayi dulu di dalam. Kamu tetep semangat ya!”, Ungkap Dini.
Dini pun langsung memasuki ruangan.

“Titip Vino ya, Van. Kalau terjadi apa-apa sama dia, kabarin gue secepatnya!”, Ujar Ayi.
“Siap nona. Hati-hati di jalan ya kalian, maaf aku gak bisa antar.”, Ungkap Vino.
Setibanya di rumah Ayi langsung sedih. Dia masih teringat kejadian 3 bulan lalu, tetapi melihat kondisi Vino saat ini membuat hatinya jauh lebih sakit. Keadaan yang dilematis.

ESOK PAGI

Alarm di jam Ayi terus berbunyi. Alarm tersebut sudah bunyi lebih dari 3x. Namun, Ayi belum juga bangun dari tidurnya. Hingga sang Ibu masuk dan membangunkannya.
“Ayi,, ayo bangun. Sudah jam 6, Kamu tidak sekolah?”, Ucap Ibu sambil mengusap kepalanya.
“Ibu…. Aku masih ngantuk, 5 menit lagi. Aku bangun.”, Jawab Ayi dengan nada manja.
“Anak ini… Yasudah, Ibu tunggu di bawah. Sarapannya udah siap.”, Ungkap Ibu sambil menutup pintu.
Ayi pun berpamitan pergi ke sekolah. Hari ini di sekolah ada ujian Biologi. Ayi pergi dengan semangat meski hatinya masih sedih mengingat kondisi Vino yang sangat mengkhawatirkan.

Waktu Istirahat pun tiba. Ayi pun pergi ke kantin seperti biasa.
“Hai Yi, Suntuk banget muka lo.”, Sapa Angga sahabat dekatnya sedari ia masuk sekolah SMA.
“Hai Ga, gue sedih nih. Makan di luar yuk, bosen gue di sekolah.”, Ajak Ayi sambil berdiri.
“Ayo, kebetulan di rumah lagi gak ada orang.”, Jawab Angga dengan senang.
Mereka pun, Ayi dan Angga, pergi ke Mall ternama di dekat sekolah mereka.

Di perjalanan ,Ayi membawa mobil dengan terus melamun sambil memikirkan Vino. Sedangkan, Angga asyik mendengarkan music Pop Rock kesukaannya.

Mereka memilih salah satu restaurant di Mall tersebut untuk makan siang. Saat menunggu pesanan, Angga masih bingung melihat kondisi Ayi yang masih terus melamun sedari tadi.
“Ayiii….. Hello, Lo kenapa sih? Muka di tekuk mulu. Belum bayar hutang?”, Tanya Angga sambil menggoyangkan tangannya di mata Ayi yang sedang melamun.
“Gue bingung ga. Gue sedih. Gue gak tau harus lakuin apa, menurut lo gue harus gimana?”, Ungkap Ayi dengan wajah memelas.
“Kebiasaan. Gimana gue mau kasih solusi, cerita aja engga. Cerita dulu lah, Cantik.”
“Vino, Ga."
“Vino? Dia lagi? Masih juga mikirin cowok kaya gitu, Yi. Move On lah.”, Tegas Angga.
“Bukan gitu, Ga. Gue baru tau kalau sekarang Vino kondisinya mengkhawatirkan banget. Gue sedih lihatnya. Meski dia udah jahat sama gue, tapi gue gak bisa bohong. Gue masih belum bisa lupain dia.”, Ucap Ayi dengan raut wajah yang semakin sedih.
“Dia mengkhawatirkan? Kenapa? Dia kan udah ngilang, gak pernah keliatan di sekolah 1 bulan ini. Enak di kampus gak ada dia. Aman dan tentram, jadi sejahtera semua anak-anak.”, Tanya Angga dengan raut muka bingung memikirkan apa yang terjadi.
“Jadi gini, 1 bulan yang lalu, Dini kasih kabar ke gue. Vino masuk rumah sakit. Dia kritis, tapi gue baru jenguknya semalem. Dini semalem nangis-nangis, mohon gue ke rumah sakit karena kondisi Vino saat itu makin kirits. Dia terus panggil nama gue. Setibanya gue disana, gue sedih. Gue maki diri gue. Betapa keras kepalanya gue.”, Ungkap Ayi sambil menangis.
“Serius? Gue sedih  dengernya. Yang sabar ya, Yi. Semoga semua ini cepet selesai.”, Ujar Angga sambil menepuk bahu Ayi.

Tak lama mereka bercakap, makanan pun datang dan siap untuk di santap. Ayi memesan 1 lagi kesukaan Vino(red : Mi ramen) untuk dibawa ke rumah sakit sepulang nanti.

Di tengah perjalanan. Angga tidak bisa ikut dengan Ayi ke rumah sakit. Dikarenakan, ada keperluan mendadak di rumah.
“Ga, gue mau ke rumah sakit dulu jenguk Vino. Lo mau ikut?”
“Gue turun sini aja deh, Yi. Kebetulan udah di WA nyokap tadi, suru bakil. Lain waku aja gue jenguk Vinonya. Titip salam aja”, Jawab Angga .
“Seriusan, Ga? Yaudah hati-hati ya. Sorry gue gak bisa anter ke rumah.”, Ungkap Ayi sambil melaju meninggalkan Angga.

Setibanya di rumah sakit. Ayi berusaha untuk tetap tenang dan tetap ceria di depan Vino.
“Hai Vin, Siang. Gimana hari ini? udah baikan?”, Sapa Ayi dengan ceria.
“Siang Yi, Aku jadi makin baikan kalau kamu terus ke sini. kamu baru pulang? Gimana di sekolah tadi?”, Tanya Vino.
“Syukur deh. Biar kamu bisa ke sekolah lagi. Di sekolah sepi gak ada kamu, Vin.”Ungkap Ayi dengan nada manja.
“Cie.. kangen aku nih? Jadi seneng di kangenin.”, Vino tersenyum ceria.
“Ye… kegeeran!. Oya, Vin, aku bawain makanan kesukaan kamu nih. Di makan ya.”Jawab Ani sambil memberi mie ramen yang di belinya saat makan siang tadi.
“Sini… pasti enak banget, makin enak kalau yang bawain kamu. Hehehe aku mau minta disuapin. Bersedia nona cantik?”Vino meminta dengan manja.
“Dasar manja. Sini aku suapin. Makan yang banyak ya, biar kamu cepet sembuh. Aku kangen jalan bareng sama kamu lagi.”Ayi sudah tidak sanggup lagi menahan air matanya melihat kondisi Vino.
“Aku gak jadi makan deh, abis yang nyuapinnya sambil nangis.”Ungkap Vino sambil memalingkan wajah karena sedih melihat Ayi yang sangat mengkhawatirkan kondisinya.
“Iya. Aku senyum. Sini dong, jangan ngambek gitu!”Ayi menjawab dengan nada kesal sambil memanyunkan bibirnya.
“Gitu dong, Senyum. Kalau yang nyuapinnya cantik, makanannya jadi lebih menarik buat di santap.”Vino meyakinkan Ayi sambil mengusap air matanya.

Setelah makanan habis. Ayi pun pamit pulang.
“Vin, aku pulang dulu ya. Besok aku sempetin jenguk kamu lagi. Aku udah telpon Revan buat temenin kamu. Kamu tetep semangat ya! Kamu harus kuat lawan ini semua. Aku selalu ada buat kamu, apapun yang terjadi.”Ayi memberikan semangat pada Vino sambil menggenggam tangannya dengan erat.
“Iya. Aku terus semangat, FIGHTING!. Aku minta maaf atas kesalahan aku . Aku masih sayang kamu, Yi.”Ungkap Vino dengan tulus.
Ayi tidak menjawab ungkapan Vino. Ia langsung pergi dari ruangan itu. Di dalam hatinya, Ayi masih tidak bisa menerima kenyataan semua ini.

Setiap hari Ayi selalu datang untuk menghibur Vino di rumah sakit. Ayi selalu memberi kejutan-kejutan kecil untuk Vino, agar ia tetap bahagia. Ayi terus sabar dan setia menunggu Vino pulih dari sakit yang dideritanya.

6 BULAN KEMUDIAN

Perlahan-lahan, Vino akhirnya pulih dari sakit itu. Di hari itu, tepat pada tanggal 18 Februari, dimana 1 tahun lalu, Vino, orang yang dipercayai olehnya mengkhianatinya. Namun, Ayi tetap mencoba untuk tidak mengingatnya dan tetap tersenyum menyambut hari yang membahagiakan untuk Vino dan keluarganya.
“Yi, terimakasih banyak ya. Kamu udah nemenin Vino di rumah sakit selama 6 bulan ini. Tante dan Om tidak tau harus membalasnya dengan apa atas kebaikanmu ini. Kalau kami mengajak kamu dan keluarga makan malam bersama besok di rumah kami gimana? Kamu bersedia?”, Tanya orangtua Vino, Ina dan Dika, sambil tersenyum bahagia.
“Ah… Tante dan om aja yang berlebihan. Aku gak seperti yang kalian kira. Hehe” Jawab Ayi sambil senyum tersipu malu.
“Ayi mau banget tante… Nanti Ayi bilang sama Ibu di rumah. Besok malam pasti kami datang.”, Ungkap Ayi dengan kegirangan.
“Yaudah, aku anterin kamu pulang yah, Yi.”, Vino menawarkan diri untuk mengantarnya.
“Aku bisa pulang sendiri, Vin. Kamu masih perlu istirahat biar bisa benar-benar pulih.”Ayi menolak karena masih mengkhawatirkannya.
“Hupt.. yaudah, tapi yang satu ini kamu gak boleh nolak ya. Aku  besok jemput kamu sama Ibu di rumah jam set 7. Kamu harus udah siap. Dan, jangan lupa tampil yang cantik!”Ujar Vino sambil mengancam Ayi.
“Hmm… emang dasar kamu… yaudah aku pulang ya. Selamat beristirahat”, Ucap Ayi sambil meninggalkan Vino dengan kesal.
Vino dan orangtuanya pun tertawa kecil melihat tingkah Ayi.
“Hati-hati yah, Yi. Sampai ketemu besok.” Teriak Vino.

Setibanya di rumah Ayi langsung memasang wajah yang ceria sambil lompat-lompat kegirangan. Ayi pun langsung ke kamar Ibunya untuk membicarakan makan malam besok.
“Ibu….”, Teriak Ayi.  Ibu lagi apa? Aku ganggu gak? Aku bawa kabar gembira, besok kita harus tampil cantik pokoknya bu.” Ungkap Ayi sambil memeluk dan menggoyang-goyangkan Ibunya seperti anak-anak.
“Hei… kamu ini, Ada apa? Sampai anak Ibu yang cantik ini, senang begitu.” Jawab Ibu dengan lembut.
“Besok kita di ajak makan malam sama keluarganya Vino. Besok Vino jemput kita jam set 7. Pokoknya aku harus tampil yang cantik. Yaudah sekarang aku mau pilih baju yang paling bagus buat besok. Dadah Ibu”. Ayi mencium Ibunya sebelum meninggalkan kamar.
“Anak ini, selalu saja tingkahnya mengagetkan.” Ucap Ibu sambil tersenyum dengan heran.

Ayi pun langsung pergi meninggalkan kamar Ibunya untuk mempersiapkan acara besok. Di dalam kamar Ayi sangat kegirangan. Ia tidak menyangka kenyataan ini bisa cepat berubah.

KEESOKAN PAGINYA
“Selamat pagi, Ibu… Aku udah siap ke sekolah.”, Ujar Ayi sambil mengagetkan Ibu yang sedang menyiapkan sarapan.
“Pagi, Sayang. Loh, tumben… Yang lagi seneng, bisa bangun tanpa di bangunin dulu.  Kalau kamu seneng gini terus kan, jadi berkurang ngerepotin Ibunya.”Ungkap Ibu sambil tertawa.
“Uhh… Ibu ini, masih aja mengganggu mood anaknya. Aku seneng hari ini. Hari pertama Vino masuk sekolah lagi setelah 7 bulan di rawat di rumah sakit. Pasti di sekolah jadi rame lagi.”Ayi terus berbicara tanpa henti.
“Iya… iya, yaudah sana udah di tunggu sama pak Iman(Red : Supir) di depan. Nanti, ketinggalan momen bagusnya loh.”, Ujar Ibu sambil mengejek Ayi.
“Oke, Siap bu. Aku pergi dulu.”Kata Ayi sambil mencium kening Ibu.
“Iya, hati-hati ya. Pulangnya jangan telat, biar kita bisa siap-siap.”Teriak Ibu.
“Siap Ibu cantik.”Jawab Ayi sambil mengangkat tangan untuk hormat.

Selama di perjalanan Ayi senyum-senyum sendiri sekaligus deg-degan membayangkan apa yang akan terjadi di sekolah nanti.

Setibanya di sekolah. Baru saja Ia turun dari mobil. Vino memanggilnya.
“Ayi…”, Teriak Vino
“Hai, Pagi Vin.” Jawab Ayi sambil tersenyum manis.
“Kita ke kelas bareng yuk.” Ajak Vino sambil menggandeng tangannya dengan erat.

Mereka pun ke kelas bersama sambil tertawa bahagia. Namun, tidak dengan anak-anak yang lain. Mereka takut akan kehadiran Vino lagi di sekolah. Setiap anak-anak yang mereka lewati, pergi menghindar menjauhi Vino.
“Vin, mereka masih takut sama kamu.”, Kata Ayi sambil memandang Vino dengan Iba.
“Yaudah, gak usah peduliin mereka, Yi, yang penting aku udah gak kaya dulu lagi sekarang. Nanti juga mereka tahu sendiri. Kamu tenang ya.” Tegas Vino sambil menenangkan Ayi.
“Yaudah, kamu janji ya. Gak akan lakuin hal yang dulu lagi.”Ancam Ayi.
“Iya, percaya sama aku.”Vino menatap Ayi, mencoba untuk meyakinkannya.

Waktu istirahat tiba. Ayi sedang bercakap-cakap asyik dengan Angga. Tiba-tiba Vino mendekatinya.
“Hai, Yi."
“Halo, Vin. Kamu pesen makan apa?”
“Aku udah makan kok. Aku mau temuin kamu aja. Kita ke perpus yuk.”, Ajak Vino tanpa memperdulikan Angga di sampingnya.
“Wih, seorang Vino ngajak ke perpus? Waktu sakit dapet hidayah Vin?”Ejek Angga pada Vino.
“Angga… kok lo gitu sih? Bagus dong kalau dia udah berubah, malah di ejek.”Jawab Ayi kesal terhadap sahabatnya itu.
Vino hanya tersenyum.
“Ayo, kita ke perpus sekarang, Vin.”Ayi langsung berdiri, menarik tangan Vino.
“Tunggu… gue mau ikut.”, Teriak Angga.
“Gak boleh, ganggu aja.”
Mereka pun langsung pergi meninggalkan Angga.

SORE HARI
Ayi dan Ibunya sibuk mempersiapkan diri untuk datang ke acara makan malam nanti. Mereka tidak mau kalah untuk tampil cantik.
“Yi, Ibu udah cantik belum? Ibu lebih cantik kan dari kamu?”, Tanya Ibu dengan nada mengejek.
“Ih ibu… genit.”, Jawab Ayi sambil menjulurkan lidahnya.
Mereka pun tertawa.

Pukul 06.00
Mereka tak sabar menunggu Vino datang. Ayi sedari tadi sibuk melihat penampilannya, takut tidak terlihat sempurna di depan Vino nanti.
“Yi, kamu belum selesai dari tadi? Capek Ibu lihatnya, kamu berdiri terus di kaca. Udah cantik kok. Sempurna, Sayang!”, Ucap Ibu yang melihat Ayi dari tadi tidak beranjak dari kaca.
“Iya bu. Sebentar lagi.”
Tak lama Vino pun datang menjemput mereka.
“Selamat malam”, Ucap Vino sambil mengetuk pintu.
“Iya, tunggu sebentar.”, Jawab Ayi dengan sedikit teriak.
“Malam, Vin.”,Ujar Ayi sambil membuka pintu.
“Hai, kamu cantik, Yi. Kalian udah siap? Ayo kita berangkat.”
“Sudah dong. Ayo siap berangkat.”



Setibanya mereka di rumah Vino. Orangtuanya sangat gembira menyambut Ayi dan Ibunya. Mereka berbincang-bincang sebentar sebelum menyantap makan malam yang telah dihidangkan. Kedua keluarga itu terlihat sangat bahagia. 

Bersambung ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar